

Di musim yang hampir semua orang mengatakan layak menjadi pemimpin ini – tidak tahu entah kapan musim ini berakhir – saya mengajak kita membicara salah satu model kepemimpinan, yaitu pemimpin non formal (informal leader). Pemimpin yang panjang atau lama usia kepemimpinannya ditentukan oleh integritas dirinya, tidak perlu pelantikan baginya sama dengan tidak perlunya pemberhentian. Dialah pemegang bola seutuhnya, selama ia terus menempa dirinya untuk patut diteladani maka selama itu pulalah reputasinya ditaruh masyarakat di tempat yang paling tinggi.
Inilah pemimpin yang tidak butuh tepuk tangan, tidak ditentukan oleh jumlah vote (suara) yang mendukungnya, dan karena itu tentunya kampanye apalagi pencitraan sangat jauh dari rumus kepemimpinannya. Ialah semurni-murni pemimpin dan yang tampil apa adanya. Keputusannya didengar dan ditaati bukan karena diketuk palu, namun karena kejernihan pandangan dan kejujuran misi. Kalaupun masyarakatnya sedang dihinggapi ‘penyakit’ maka ia berbaur namun tidak luntur, ia bersatu namun tidak berpadu. Ia tetap mempunyai pegangan kokoh yang dengan itulah ia akan mengokohkan masyarakatnya.
Sisi lain dirinya adalah tidak gentar melawan arus, baik arus persepsi masyarakat maupun kebijakan pemimpin kekuasaan. Selama arus tersebut adalah kesalahan apalagi kezoliman, maka ia tidak segan berdiri di garda terdepan bahkan standing alone pun bakal ia lakukan. Karena ia menyadari arus tersebut berasal dari bumi sedangkan yang dibawanya bersumber dari langit. Dan semua tingkah laku di bumi ini akan kokoh bila mengacu pada sumber yang diturunkan dari langit.
Bagi pemimpin seperti ini usianya sangat padat sekali, satuan usianya bisa berlipat-lipat amal dan nilai. Dan semakin usianya bertambah justeru ia semakin didengarkan, karena pertambahan usianya adalah pertambahan hikmah dan kearifan. Telinganya senantiasa ia tempelkan ke bumi, sementara hatinya ia taruh di langit, sehingga dari perpaduan dua hal tersebut kata-katanya selalu menempati tempat terbaik di hati dan memori jangka panjang manusia.
Seringkali mereka ini muncul di saat manusia sedang diterpa kebingungan, bisa jadi karena memang kepelikan persoalan itu atau juga karena buah dari perdebatan yang tak kunjung usai. Maka, itulah sebabnya para informal leader ini tidak pernah ingin terlibat pada persoalan yang remeh temeh, karena kesadarannya bahwa cara menyikapi persoalan itu adalah gambaran dari tingkatan level manusia itu sendiri, dan tidak mudahnya ia berkomentar karena pembicaraannya adalah dari mendengarkan dan telaah pengalaman serta pengetahuan.
Mereka ini adalah para tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat lainnya. Keberadaan mereka Tuhan takdirkan untuk melayani. Namun, ketika perkataan mereka bertolak belakang dengan dan perbuatan, maka mereka dibeli kekuasaan dengan harga yang amat murah. Sebaliknya bagi mereka yang memegang erat konsistensinya dengan suara langit tersebut akan melambungkan mereka menjadi guru bangsa.